DOA RABITHAH


Ya Allah Engkau mengetahui bahawa..
hati-hati ini telah berkumpul kerana mengasihi Mu
Bertemu untuk mematuhi perintah Mu
Bersatu memikul beban dakwah Mu
Hati-hati ini telah mengikat janji setia..
untuk mendaulat dan menyokong syariatMu
Maka eratkan lah ya Allah akan ikatannya
Kekalkan kemesraan antara hati-hati ini
Tunjukkanlah kepada hati-hati ini..
akan jalannya yang sebenar
Penuhkanlah piala hati ini..
dengan limpahan iman, keyakinan dan keindahan tawakkal kepada Mu
Hidup suburkanlah hati-hati ini..
dengan makrifat, pengetahuan sebenar tentangMu
Jika Engkau mentakdirkan mati
Maka matikanlah pemilik hati-hati ini..
sebagai para syuhada' dlm perjuangan agama Mu
Engkau lah sebaik-baik sandaran..
dan sebaik-baik penolong ya Allah
Perkenankanlah permintaan ini
Amin ya rabbal A'alamin..


SANG JUARA DAN DOANYA


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah pertandingan kereta lumba mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah pertandingan akhir. Hanya tinggal 4 orang dan mereka mempamerkan setiap kereta mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Ahmad. Keretanya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, kereta Ahmad lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan kereta itu untuk berpacu melawan kereta lainnya.

Ya, memang kereta itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki kereta mainan lainnya. Namun, Ahmad bangga dengan itu semua, sebab kereta itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Pertandingan kejuaraan kereta lumba mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis mula, untuk mendorong kereta mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 kereta, dengan 4 "pelumba" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya.

Namun, sesaat kemudian, Ahmad meminta waktu sebentar sebelum lumba dimulai. Ia tampak berkumat-kamit seperti sedang berdo'a. Matanya terpejam, dengan tangan yang terpejam memanjatkan do'a. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!"

Pommm!!! Tanda pertandingan telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong keretanya laju-laju. Semua kereta itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, memberi semangat kepada pasukan kereta masing-masing.
"Ayuh.. Ayuh.. Cepat.. Cepat.. Maju.. Maju.." begitu teriak mereka.
Ahha... Sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan tamat pun telah terlambai. Dan, Ahmad lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Ahmad. Ia berucap, dan berkumat-kamit lagi dalam hati. "Alhamdulillaah, Terima kasih."
Saat penganugerahan piala tiba. Ahmad maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya, "Hai sang juara, kamu pasti tadi berdo'a kepada Allah SWT agar kamu menang, bukan?"

Ahmad terdiam. "Bukan, Cikgu. Bukan itu yang aku panjatkan," kata Ahmad. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya tak adil jika meminta pada Allah SWT untuk menolongku mengalahkan saudaraku yang lain. Aku hanya memohon pada Allah SWT supaya aku tak menangis jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu, barangkali keharuan mendengar penyataan yang keluar dari mulut sang juara kecil itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan meraikan sang juara yang berhati mulia.’’


0 ulasan: